views
Apakah memakai GoFood PLUS membuat kita tidak bisa pakai voucher promo lain? Misal kita punya voucher diskon 25% untuk pembelian minimum 40rb. apakah bisa dipake vouchernya?
Tentu saja, kenapa tidak?
Saya rajin sekali menghabiskan voucher Goride yang saya terima dari Gojek dengan 1 tujuan ya itu membantu sesama driver. Saya sebenarnya tidak terlalu butuh toh saya punya motor dan saya bisa pergi kemana saja tanpa buang uang dengan order layanan Goride. Jadi saya pakai voucher supaya teman-teman driver saya dapat order, dapat duit, dapat poin sehingga mereka bisa dapat bonus. Dan saya tidak keluar duit seperserpun..
Eh ga juga, minimal keluar Rp.1000 per order.. 😅
Kalau voucher gofood ya hanya sesekali saja. Mending makan di warung atau masak sendiri.. 😅
Setahu saya, gofood di restoran memakai aplikasi goresto. Nah, semua uang pembayaran dari konsumen, masuk melalui aplikasi tersebut. Totalan pembelanjaan melalui gofood akan ditransfer oleh gojek h+1 ke rekening bank restoran. Driver sudah tidak membayar lagi melalui cash/qris ketika bertransaksi di resto.
Misal, saya jajan makanan di gofood seharga Rp. 100.000, dipotong promo jadi Rp. 75.000. Saya bayar dengan uang tunai ke driver tetap Rp. 75.000. Sementara restoran tetap menerima Rp. 100.000 melalui aplikasi goresto. Yang saya ganti adalah saldo di akun uang milik driver gojek yang ditarik untuk membayar pesanan. Dan sisa Rp. 25.000 ini akan dibayarkan oleh pihak gojek. Sehingga, pihak resto akan menerima pembayaran di aplikasi goresto sebesar;
75.000 (dari saldo driver) + 25.000 (dari gojek) = 100.000. Tapi ini belum termasuk biaya admin + pajak yang akan dipotong gojek ke pihak resto.
Jadi driver tidak akan rugi kalau ada yang berbelanja dengan promo, selama kustomer membayar tunai tidak kurang dari tagihan yang tertera di aplikasi.
Kurang lebih seperti ini perhitungannya. Mohon koreksinya kalau ada salah.
Menurut saya yang merugikan driver biasanya adalah biaya parkir yang tidak tercantum di ongkos. Maka dari itu, saya pasti selalu kasih tip buat ganti parkir tanpa diminta. Sampai suatu hari saya pernah dichat driver gofood. Katanya, kalau uang parkirnya tidak diganti pembeli, dia hanya akan mendapat upah Rp. 3000 dari orderan. Karena bersihnya pendapatan mengantar itu Rp. 5000 - Rp. 2000 = Rp. 3000. Itupun kalau hanya mengantar makanan ke rumah tinggal/komplek. Misal selesai dari membeli makanan, harus mengantar ke kustomer di area perkantoran/hotel/apartemen yang mau tidak mau harus parkir, berarti biaya parkirnya jadi dobel. Maka semakin sedikitlah pendapatan driver gojek ybs.
Seandainya saya menggunakan kupon promo saat membeli makanan di Gojek/Grab, apakah uang yang diterima mitra restoran/driver berkurang?
Menjawab pertanyaan ini saya hanya bisa menduga-duga meski saya adalah driver Grab. Yang jelas kami para driver Grab sering mendapatkan tulisan "promo" berwarna kuning di aplikasi Grab Driver. Baru-baru ini saya mendapatkan orderan promo dan promo untuk pelanggan GrabFood ini sebesar 50%. Jadi bayangkan harganya yang Rp. 120.000 dikurangi 50% nya (Rp. 60.000). Yang jelas pelanggan GrabFood tersebut cuma membayar ongkir plus total harga makanan yang sudah dikurangin 50%.
Jadi kalau ongkirnya Rp. 20.000 maka si pelanggan cuma membayar Rp. 20.000 + Rp. 60.000 = Rp. 80.000. Karena kami ojol cuma menjual jasa pengiriman makanan tersebut maka kami hanya menerima Rp. 20.000 dan ini dipotong 20% kemudian 20% (Rp. 4.000) ini masuk ke kantong Grab, sisanya yang Rp. 16.000 masuk ke kantong si driver Grab.
Nah karena ada kabar bahwa pihak Grab/ Gojek sedang mengadakan "bakar duit" maka bisa dibilang diskon 50% untuk harga makanan yang saya sebut diatas mungkin ini yang dimaksud "bakar duit". Karena ini strategi bakar duit dari Grab/ Gojek maka bisa dibilang kelihatannya pihak resto nya tetap mendapatkan "uang penuh" dari pihak Grab/ Gojek. Yang saya maksud sebagai uang penuh adalah pihak resto nya tetap mendapatkan Rp. 120.000 bukan dikurangi promo nya tadi yang sebesar 50%.
Note: Sekali lagi saya bilang ini hanya sekedar pendapat pribadi yang hanya menduga-duga. Tidak tahu juga kenyataannya bagaimana.
Sekian. Wassalam.
Menurut saya itu cuma iming-iming Gojek aja biar makin banyak yang pesan lewat Go-Food, karena ShopeeFood udah mulai masuk di bisnis layanan pesan antar makanan yang secara perlahan menggeser Go-Food dan GrabFood. Sekarang di Mall Mall daerah Bekasi juga mulai banyak yang promosiin Gopay Later, bahkan ada outlet yang khusus buat top up Gopay bagi yang membutuhkan.
Sebenarnya siapakah orang yang suka membuat pesanan makanan fiktif di aplikasi GrabFood\GoFood?
Foto profil untuk Budi Santoso
Budi Santoso
·
Ikuti
Belajar Teknik Sipil3thn
Semula Dijawab: Sebenarnya siapakah orang yg suka membuat order makanan fiktif di aplikasi GRABFOOD\GOFOOD?
Ada beberapa tipe fiktifnya kak
Ini berdasarkan pengalaman saya waktu jadi ojol (Grab / Gojek pada dasarnya sama saja)
Tipe order fiktif penipuan
Tipe ini yang cukuo sering dan biasanya kena ke driver2 yang masih minim info di komunitas atau grup. Bisa juga driver yang sudah tua atau gaptek. Tipe order seperti ini biasanya memanfaatkan sistem dimana kalau orderan sudah di geser maka sudah tidak bisa di cancel. Perlu di ketahui, orderan yang masuk ke app driver saat diterima pihak driver masih bisa mencancel orderan kalau dia tidak cocok dengan orderan tersebut. Namun bila sudah digeser untuk dijalankan, maka pilihan cancel sudah tidak ada.
Lalu letak nipunya dimana? Ada beberapa kasus.
Pertama, dia akan chat sekalian minta isi ovo atau gopay atau minta bayarkan e-commerce. Nah kalau si driver nurutin padahal kita belum ketemu secara langsung si customer, besar kemungkinan kita kena tipu. Uang sudah ke transfer semua nomer di nonaktifkan dan blokir.
Kasus kedua. Hampir sama, namun lebih kejam. Si penipu akan ngechat layaknya customer normal. Pesanan sesuai aplikasi dll. Pas si driver sudah beli makanan. Barulah penipu berulah, dan kejadian nomer 1 merupakan hal yang bakal penipu lakuin. Nyeseknya lagi. Kita sudah beli makanan, plus uangnya lenyap karna transfer ke penipu. Plus orderan nggak bisa di cancel. Hanya bisa di cancel dari pusat. Nelpon ke kantor pusat lama nyambung. Nyambungpun nunggu waktu lama, dan selama nunggu itu prosedurnya lumayan panjang yang ngabisin pulsa lumayan banyak untuk nelpon.
Kasus ketiga. Emang fiktif aja. Alamat pengiriman palsu, nomernya mati.
2. Tipe order fiktif cari untung
Tipe ini merugikan driver tapi nguntungin Resto penjual. Memanfaatkan promo untuk membeli dagangannya sendiri. Kejadian ini booming banget 2019 lalu. Sistem kerjanya seperti ini. Jadi pemilik resto membuat akun customer cukup banyak. Dia akan memesan di restonya sendiri sebanyak mungkin mengunakan voucher atau promo. Barang yang kita terima sebagai driver biasanya akan sudah disiapkan dalam plastik tinggal dateng foto nota trus brangkat kirim ke tempat yang ditujuh. Biasanya barangnya cuma sebagai decoy. Ntah kripik murahan yang dicantumkan di menu dengan harga 100rb atau cuma kertas bungkus yang isinya pasir.
Trus untungnya dimana. Gini, pihak resto yang sudah menyiapkan ratusan akun customer tadi akan dapat cashback atau diskon dari barang yang dia beli. Di restonya sendiri dia akan dapat pemasukan tanpa mengeluarkan modal untuk makanan sama sekali. Untuk lebih jelasnya saya kasih contoh.
Misal menunya kripik harga 100rb. Di akun customer dia karena dapet diskon 60% misalnya, jadi dia cuma bayar 40rb. Tapi yang masuk ke rekening resto dia bakal tetep 100rb. Namun karena pihak grab/gofood sistemnya bagi hasil 20% jadi yang masuk full ke rek dia 80 rb.
Itungannya. Dia bayar produk dia sendiri di app ojol senilai 40rb tapi dari akun resto dia dapet 80rb. So dia untung 40rb. Ingat, dia nggak nyediain makanan apa2 hanya barang decoy.
Ruginya dari segi driver. Kalau dia ketahuan menjalankan order ini. Dia bakal diputus mitra. Karen diduga kerjasama dengan pelaku. Putus mitra brarti sudah g bisa ngojol lagi. Alias cari kerjaan baru
3. Tipe order fiktif ngusir
Ini tipe nyebelin. Karena musuh kita adalah kawan kita sendiri sesama Driver. Kalau kalian tau resto yang agak rame pasti kliatan dari luar ada ijo2 yang nongkrongin buat dapet order dari itu resto. Nah masalahnya orang yang biasa ngetime disitu macem2. Ada yang cuek kalau ada pendatang baru. Ada juga yang sinis. Nggak suka kalau ada orang luar ambil order disitu.
Cara ngatasinnya ya pasti di usir alus. Nyadi orang2 yang ngetem disitu bakal order makanan didekat situ, tentu app driver temen2 se gengnya sudah dimatikan so tingkat kena ke driver tujuan lebih tinggi. Kalau udah kena ke driver yang mau di usir tadi. Baru biasanya orderannya di biarin. Ada chat telpon dll bakal dibiarin. Dan ini nyebelin.
4. Tipe order fiktif sakit hati
Ini adalah imbas dari order diatas. Driver yg diusir terkadang sakit hati. Cara balesnya ya dengan counter attack ke resto orang2 ngetem tadi. Dia bakal neror orderan sampek atinya puas.
Pernah ada kasus didekat kosan saya. Karena ada orang sakit hati di usir, selama seminggu lebih dia neror pagi siang malem ngirim order fiktif di sekitaran area situ. Alhasil daerah situ jadi sepi driver karna takut kena order fiktif.
5. Tipe order fiktif prank
Ini adalah hasil dari kerjaan anak gaul jaman now yang kebanyakan makan virus prank dari channel kesukaan mreka di yucub lebih dari tv. Order nggak ada nurani, pesan makanan agak mahal dikirim ke alamat nggak jelas trus di rekam. Dari blakang "bilang ini prank bro sans". Asli bukan gini caranya kamu cari duit dari AdSense.
Kamu nyakitin prasaan orang lain buat konten gak bermutumu. Gimana rasanya ketipu, kepikiran pulang niatnya bawa uang lebih buat beli makan atau ngasih uang saku ke anak. Tapi malah ilang buat beliin makanan prankmu itu. Asli g ada adab.
Driver grab maupun gojek biasanya ada komunitas di setiao kota masing2. Dimana disana ada tips2 atau berita serta pengalaman sesama driver untuk dipelajari. Kalau ada penipuan dll. Bisa juga ada daftar customer menyebalkan, resto jorok atau resto yang waktu prepare makannan yang lama juga ada. Biasanya banyak dihindari driver.
Apa saran terbaik untuk kami para driver ojek online yang semakin terpuruk dengan pendapatan yang rendah?
Foto profil untuk Mangapul Darmidi
Mangapul Darmidi
·
Ikuti
3thn
Satu hal yang selalu perlu gw luruskan (karena gw kadang kadang lupa nyebut) dalam pembahasan gw soal pekerjaan masa depan vs. AI / robat adalah :
Kita sebagai manusia / pekerja (buruh) di masa depan itu tidak akan berperang melawan robot / AI.
Ide bahwa manusia / buruh akan berperang dengan AI / robot itu sedemikian tertanam di benak kita sehingga sulit bener buat meluruskan ancaman AI yang sebenarnya.
Robot itu bodoh bener, disuruh ganti baju / makan pake sendok juga gak bisa.
Kita sebagai manusia tidak akan berperang dengan robot / AI !! The life as we know now is not going to be threatened by the AI / robot.
Tapi kita akan berperang dengan manusia / pemodal yang melawan the world as we know now dengan bantuan AI.
Musuh para pekerja di masa depan itu bentuknya gak menyeramkan sama sekali. Bahkan saat ini lu sedang megang musuh di masa depan sambil baca jawaban ini.
Musuh para pekerja di masa depan kemungkinan besar berbentuk smartphone.
Salah satu contoh paling gampang yach kasus ojek online Apa saran terbaik untuk kami para driver ojek online yang semakin terpuruk dengan pendapatan yang rendah?
Para ojek pangkalan dan kerjaan kerjaan serupa macam perusahaan Blue Bird (TAXI) itu tidak sedang berperang lawan robot. Tapi mereka berperang dengan para pemodal asing dengan bantuan robot / komputer / AI.
Musuh manusia di masa depan tidak akan datang dalam bentuk yang menyeramkan. Mereka menyenangkan layaknya hiburan di smartphone, atau malah tidak terlihat sama sekali layaknya virus Covid-19.
Jadi lu jangan terlena dengan motto motto kalau kerja bener kerjaan lu aman. Lu pikir taxi blue bird sebelum serbuan dari Grab / Uber kerjaannya cuma duduk duduk di bandara sambil meres calon penumpang apa ?
Blue Bird sebelum serbuan taxi online kinerjanya boleh diacungin jempol, tapi begitu pemerintah membebaskan taxi online beroperasi, gak ada yg peduli mau lu dulu kerja bagus, mau lu males males. Prinsip ekonomi berlaku, siapa yg kejam menang.
Survival of fittest / cruelest.
Untuk soal pertanyaan : Apa saran terbaik untuk kami para driver ojek online yang semakin terpuruk dengan pendapatan yang rendah?
Gw punya hobi ngebayangin apa langkah ekonomi yang akan gw lakukan kalau gw terpaksa jadi driver ojek online. (gw emang bukan pelaku bisnis ojek online).
Selain daripada itu bini gw punya mobil yang kerjasama ama uber / grab, jadi gw suka bantu bantu mikir juga. Meskipun sebenarnya motivasi gw lebih ke bikin bini gw sibuk dan punya bisnis sendiri yang biarpun gak menguntungkan tapi minimal gak bikin kantong gw lebih bolong daripada kalau beliau punya ide bikin butique atau restoran.
anyway kalo disuruh milih invest di ojol vs penyedia layanan ojol. Gw sok pasti memihak (secara finansial) ke pihak penyedia layanan ojol.
Bisnis case-nya solid banget. Susah banget sebagai mitra ojek online (supir ojek) buat bisa untung ke depannya.
Lu gak bisa bikin pelanggan sendiri karena dari Algoritmanya lu emang gak bisa repeat customer, Kalo ojek motor lebih susah lagi ngobrol ama klien, jadi gak bisa lu kontak ama customer diluar applikasi, gak kayak supir mobil yg lu bisa nawarin sewa mobil borongan buat tamu luar kota kayak di kota kota tujuan wisata.
Ke depannya dengan semua big data yg dipunya platform. Lu bisa dengan mudah memanipulasi mitra kerja ojek. Mau mecat mitra yach gampang tinggal gak usah dikasih kerjaan aja.
Lu bisa mengatur dengan beberapa line code berapa income ideal para mitra supaya mereka tidak terlalu kaya dan punya modal untuk usaha lain di luar penghasilan sebagai ojol. Tapi tidak terlalu miskin sehingga murni quit dari bisnis ojol.
Yach mirip mirip notifikasi Quora lha.. kalo lagi sepi lu dikirim notifikasi "upvote" atau " permintaan jawaban" .. tapi kalo lu lagi naik pamor, notifikasi dikurangin biar lu gak bete ama ratusan upvote / comment.
Intinya gampang banget buat memanipulasi mitra ojol.
Jadi intinya : gw gak tauk jawaban dari pertanyaan Apa saran terbaik untuk kami para driver ojek online yang semakin terpuruk dengan pendapatan yang rendah?
Kalau mau jawaban jujur dari gw sich. Lu musti benar benar melupakan ide bahwa lu bisa berkarir di dunia ojek online. Karena platform benar benar punya kendali penuh sama nasib lu.
Kalo lu mau untung dikit sich lu cari orang lain di luar platform company yg bisa lu kibulin kayak supir supir taxi online bini gw. Kayaknya sich mereka gak bener bener kerja online. Mereka malah lebih menganggap taxi online bini gw layaknya rental mobil murah meriah. Mereka ambil mobil, dipake pacaran, abis pacaran pake mobil, balikin mobil dan "setor pendapatan" ke bini gw.
Bini gw seneng (karena doski gak ngitung pemasukan pengeluaran usaha), punya gelar entrepreneur, supir supir bini gw juga seneng, gw juga seneng bini gw senang.
Intinya : mitro gojek vs platform gojek ini adalah contoh klasik pertempuran antara buruh vs pemodal dibantu AI / robot.
Lu gak bisa menang. Mau lu kerja 25 jam sehari, Kerja kerja dan kerja lagi, mau lu attitude lu super, dll. The computer didn't give a damn about betapa supernya kinerja dunia pre-AI lu dan segala nasihat nasihat OK booomer lainnya.
Lu juga gak bisa mengharapkan pemerintah Indonesia bakal jadi kayak US atau Eropa yang mewajibkan perusahaan platform melindungi pekerjanya dengan mengangkat mitra mitranya sebagai karyawan tetap atau menyediakan tunjangan tunjangan lainnya.
Jangan mimpi !! ini Indonesia boss…
lu memperjuangkan nasib lu yg ada malah di bully ama netizen yg sok sok merasa bahwa nasib karir mereka super rock solid.
Biarin aja mereka yg nyinyir.. ntar juga pada akhirnya mereka kena perubahan zaman juga.
Mending lu sadar perubahan zaman dari sekarang dari ntar keburu telat
Ntar pas periode ke 3 ... wkwkwkwkwk..
Sekali lagi mohon maaf gw gak bisa ngasih jawaban. Karena benar benar gw gak tauk mau jawab apa.
di gojek kelemahannya gak ada gojek now…atau saya yang gak tahu, kalau di grab ada fasilitas grab now, yg langsung pesan face to face sama bangnya, dengan masukin kode…
Saya yakin perlahan namun pasti habit masyarakat dalam menggunakan uang tunai (cash) akan berubah seiring dengan masifnya penetrasi yang dilakukan OVO, Go-Pay, Dana, dsb. Melihat China sudah melakukan ini lebih awal dan ternyata berhasil even beggar there are using qr code for payment haha cmiiw. Cashless society will be the next big thing sih.
Referensi:
https://gematos.id/6085-cara-pesan-grab-now-motor/
https://gematos.id/6121-cara-pakai-gofood-plus/
Comments
0 comment